January 06, 2013

Kontemplasi Sejenak

Kontemplasi Sejenak di Awal Tahun 2013

Pada hakikatnya, setiap pergantian tahun umur kita bukannya semakin bertambah, melainkan semakin berkurang. Jika jatah umur kita 60 tahunan dan sekarang umur kita 45 tahun, maka sisanya tinggal 15 tahun lagi. Setiap tahun berganti, maka umur kita pun terus berkurang. Dan jika saatnya jatah umur kita habis, maka azal menjemput tak bisa terelakkan, "Sein zum Tode", ada adalah menuju kematian, begitu kata Martin Heidegger. Episode baru di kehidupan abadi akan teralami dan tak bisa balik kembali ke alam nyata. Surga atau neraka kah bagian kita? Wallohu A'lam. Atau justru berada di tengah-tengah diantara keduanya "Al-manjilatu bainal manjilatain", tempat diantara 2 tempat yang diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak waras alias orgil (orang gila) seperti faham mu'tazilah kemukakan.Mari kita kontemplasi sejenak.


Seberapa banyak bekal atau sangu yang telah kita persiapkan menuju ke kehidupan abadi itu? Apakah bekal atau "sangu" itu berupa pahala atau dosa yang lebih banyak? Mumpung masih ada waktu dan kesempatan, mari kita kontemplasi sejenak untuk memperbanyak ibadah, ber-"fastabiqul khoirat", berlomba-lomba dalam kebaikan.Jika tahun kemaren dan sebelumnya kita banyak mendlolimi diri kita sendiri dan orang lain, maka di tahun ini dan selanjutnya kita senantiasa berpegang teguh pada jalan Alloh, wa'tashimuu bihablillah.Semoga perjalanan hidup kita di tahun ini dan selanjutnya menjadi semakin "historis", bukan semakin "histeris". Prilaku kita semakin "berbudaya" bukan semakin "berbuaya".

Pada dasarnya, sejarah hidup seseorang atau manusia adalah campuran antara siklis (Hegel) dan eskatologis (Nietszche). Siklis adalah kita sering mengalami resiprositas kejadian yang serupa dan sama pada setiap episode dan periode. Cinta-benci, sedih-senang, untung-malang sering dan akrab menghampiri kita. Eskatologis adalah kita sering mengalami titik zenith, titik puncak pencapaian atas sesuatu seperti meraih posisi penting dalam karier, orgasme, kepuasan bathin, terpenuhi rasa penasaran, dsb. Maka dari itu, lampau-kini-masa depan kita merupakan satu kesatuan utuh. Masa lalu kita adalah warisan. Masa kini adalah realitas dan masa depan adalah persfektif. "Hic et nunc", kini dan disini-nya kita merupakan kristalisasi dari masa lampau kita yang akan memantul dan menjadi bekal untuk masa depan kita. Jika sebelumnya kita sering "nandur", maka kini kita bisa "panen" dan ke depan kita tidak "kelaparan".

"Innamal hayatuddunya la'ibun wa lahwun", sesungguhnya hidup di dunya itu hanya permainan belaka. "Wamalhayatuddunya illa mata'ul ghurur", dan tidaklah hidup di dunya itu kecuali hanya perhiasan belaka. Urip ing alam dunya mung mampir ngombe.Ada kehidupan lain yang lebih sejati, lebih abadi dan lebih kekal yakni alam akhirat. Maka sebaiknya kita jangan terlalu "ngoyo' untuk urusan duniawi. Jadikan dunia dan materi sebagai sarana dan jembatan menuju kemuliaan di hadapan Sang Khalik. Sebanyak apapun dunia dan materi yang kita kumpulkan tak akan kita bawa ke liang lahat. Justru akan menjadi malapetaka bagi kita jika tidak bisa men-"tasharuf"-kannya. Namun sebaliknya kita pun jangan terlalu "zuhud" sehingga lupa mencari nafkah untuk kita dan anak-isteri. Prinsif keseimbangan harus tetap ditegakkan, sebagaimana Alloh berfirman "I'malu dunyaka kaannaka taisu abadan, wa akhirotuka kaannaka tamuutu godan", carilah duniamu seolah engkau akan hidup selamanya, dan carilah akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok". Are you ready? Udah ya gombal-gambulnya soale ngantuk nich. Jangan lupa baca juga postingan ane sebelumnya tentang LSM di blog ini.               
     

No comments:

Post a Comment